PARMAS INSIGHT CHAPTER #4 APATISME PUBLIK (MENYENTUH KELOMPOK GOLPUT KULTURAL)

PARMAS INSIGHT CHAPTER #4 APATISME PUBLIK (MENYENTUH KELOMPOK GOLPUT KULTURAL)

BANDUNG – KPU Kota Bandung mengikuti Kegiatan Parmas Insight Chapter #4 dengan Tema: “Apatisme Publik (Menyentuh Kelompok Golput Kultural)” secara daring, Rabu (29/10/2025). Kegiatan ini dihadiri Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat dan SDM bersama Kepala Subbagian Parmas KPU Kabupaten/Kota se-Jawa Barat, turut hadir Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat dan SDM KPU Kota Bandung, Wenti Frihadianti bersama Kepala Sub Bagian Partisipasi, Hubungan Masyarakat dan SDM KPU Kota Bandung beserta jajaran staf.

Kegiatan ini dibuka oleh Ketua Divisi SDM dan Litbang KPU Provinsi Jawa Barat, Abdullah Sapi’i, dalam sambutannya sangat mengapresiasi kegiatan yang digagas oleh Divisi Sosdiklihparmas KPU Provinsi Jawa Barat, disamping itu juga ada 2 (dua) hal  yang menjadi tanggungjawab dimasa post election, Pertama menjaga aksesibilitas bagi Pemilih Pemula, terutama Pemula yang sekarang  masih berstatus SMP, karena pada 5 Tahun yang akan datang mereka akan menjadi Pemilih Pemula, Kedua, menjalankan tugas pokok dan fungsinya serta menjaga Kode Etik, dan Kode Prilaku.

Kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi dari para Narasumber yaitu Ketua Divisi Sosdiklihparmas dan SDM KPU Kabupaten Subang, M. Ilham Ramadhan, menjelaskan Faktor-Faktor yang mempengaruhi sikap apatisme pada penyelenggaraan Pilkada Tahun 2024 di Kabupaten Subang diantaranya Faktor Sosio-Ekonomi, Faktor Psikologis, dan Faktor Politik. Kemudian menyebutkan upaya-upaya KPU Kabupaten Subang untuk meningkatkan partisipasi pemilih yaitu, Pendidikan pemilih berkelanjutan, pemanfatan media sosial,   transparasi proses dan Kerjasama multi pihak.

Narasumber kedua, Ketua Divisi Sosdiklihparmas dan SDM KPU Kabupaten Indramayu, Munawaroh, menyebutkan salah satu contoh fenomena golput kultural di Kabupaten Indramayu yaitu Suku Dayak Hindu Buddha Bumi Segandhu dimana tidak memiliki dokumen administrasi kependudukan. karena mereka merasa keberatan dengan penyertaan kolom agama yang dianggap kurang relevan dengan keyakian yang meraka anut. Mereka juga menganggap bahwa identitas tidak perlu menggunakan KTP, identitas merupakan perwujudan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sehingga KPU Kabupaten Indramayu perlu melakukan intervensi berupa pendekatan yang intensif untuk setidaknya menyadarkan bagaimana pentingnya menggunakan hak pilih.

Menutup kegiatan, Ketua Divisi Sosdiklih Parmas KPU Provinsi Jawa Barat, Hedi Ardia, menyampaikan banwa ada tiga kata kunci dalam diskusi kali ini yaitu Ngajirasa, Kekecewaan dan Harapan. Kekecawaan dan Harapan mencerminkan bahwa Demokrasi selalu berjalan di dua tepi, Kekecewaan membuat kita refleksi dan harapan adalah bahan bakar kita untuk bergerak, kedua hal ini perlu dijaga keseimbangannya , sehingga partisipasi bukan hanya sekedar menggunakan hak pilihnya tapi juga merupakan tindakan sadar untuk terus memperbaiki kehidupan politik.

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 67 Kali.